Asep Sarifudin ( G44090109 )
Mahasiswa Departemen Kimia
Bogor Agricultural University
Jalan Lingkar Kampus IPB Darmaga Bogor 16680
ABSTRAK
Minyak nilam merupakan salah satu komoditas penghasil devisa negara. Minyak ini memiliki potensi yang strategis di pasar dunia yang digunakan sebagai bahan pengikat wangi pada parfum, kosmetika, industri farmasi, dan industri yang lainnya. Minyak nilam (patchouli oil) dihasilkan melalui proses penyulingan tanaman nilam ( Pogostemon cablin Benth). Namun, kualitas hasil produksi minyak nilam yang dihasilkan di Indonesia masih tergolong rendah karena umumnya diusahakan oleh petani atau penyuling tradisional yang pengawasan mutunya sangat kurang diperhatikan. Oleh karena itu, dalam tulisan ini akan digambarkan mengenai perkembangan produksi tanaman nilam di Indonesia, status kelayakan dan prosedur pengolahannya, serta nilai ekonomis yang didapatkan petani nilam melalui metode analisis secara deskriptif dari berbagai rujukan dan data yang telah diperoleh. Budi daya dan produksi pengolahan minyak nilam secara tepat untuk mendapatkan kualitas yang baik perlu dikembangkan untuk meningkatkan nilai jual dan keuntungan secara ekonomis yang akan diperoleh oleh para petani nilam di daerah dan agroindustri skala kecil guna meningkatkan kesejahteraannya.
Kata kunci : nilam, budi daya, produksi pengolahan, kelayakan usaha
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara penghasil minyak nilam terbesar di dunia yang memenuhi kebutuhan minyak nilam dunia dengan pangsa pasar 90%. Pada tahun 2004, ekspor nilam Indonesia mencapai 2074 ton atau senilai US$ 27,137 juta. Namun, beberapa tahun terakhir posisinya mulai terancam oleh negara Cina, India, dan Vietnam (Dirjenbun, 2006). Minyak nilam Indonesia sangat digemari pasar Amerika dan Eropa terutama digunakan untuk bahan baku industri pembuatan minyak wangi, kosmetika, farmasi dan industri yang lainnya. Minyak nilam (patchouli oil) diperoleh dari proses penyulingan daun nilam (Pogostemon cablin Benth). Dalam industri parfum, minyak nilam digunakan sebagai bahan fixative (pengikat wewangian) yang sampai saat ini belum dapat disintesis (Wikardi, dkk, 1990).
Budi daya dan produksi pengolahan minyak nilam di Indonesia umumnya dilakukan petani dan agroindustri penyulingan nilam yang menggunakan teknologi yang masih tradisional dan memiliki keterbatasan di bidang pengetahuan ekstraksi minyak nilam sehingga pengawasan terhadap mutunya sangat kurang diperhatikan. Selain itu, masalah lain yang mereka hadapi adalah masalah permodalan, baik dalam budi daya tanaman nilam maupun pengolahannya. Keterbatasan itulah yang mendorong dilakukannya upaya optimalisasi nilai tambah setiap komuditas pertanian khususnya produksi pengolahan minyak nilam pada tingkat petani desa. Dalam perspektif optimalisasi tersebut, peran agroindustri sebagai wahana ekstraksi nilai tambah dan inovasi menjadi sangat penting. Pemberdayaan agroindustri pengolahan nilam skala kecil dan menengah pada tingkat pedesaan diharapkan mampu meningkatkan pendapatan para petani nilam dan masyarakat sekitarnya.
Ada tiga jenis tanaman nilam yang dibudidayakan di Indonesia, yaitu Pogostemon heyneanus (nilam Jawa), Pogostemon hortensis (nilam Sabun), dan Pogostemon cablin (nilam Aceh). Tumbuhan nilam berupa semak yang bisa mencapai satu meter. Tumbuhan ini menyukai suasana teduh, hangat, lembab, dan mudah layu jika terkena sinar matahari langsung atau kekurangan air. Bunganya menyebarkan bau wangi yang kuat. Bijinya kecil dan perbanyakan biasanya dilakukan secara vegetatif (Ditjenbun, 2006).
Nilam yang ada di Indonesia
Sumber : Ditjenbun, 2006
METODOLOGI
Pengumpulan berbagai macam data penunjang yang mencakup data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan seorang guru kimia SMA di daerah Lingkar Kampus IPB Dramaga yang ingin mendirikan usaha pengolahan minyak nilam bernama Ibu Rohma Sri Astuti, ST yang berasal dari Depok, sedangkan data sekunder diperoleh dari berbagai macam rujukan studi pustaka dan data yang diperoleh dari berbagai jurnal ilmiah online IPB dan jurnal ilmiah online sumber lainnya maupun data statistik instansi yang terkait. Informasi yang dikumpulkan mengenai keuntungan ekonomis budi daya nilam, kelayakan pengusahaan minyak nilam, dan standar mutu produksi minyak nilam yang ada saat ini.
Kajian mengenai keuntungan ekonomis yang akan didapatkan para petani dan agroindustri budi daya dan pengolahan minyak nilam skala kecil dan menengah serta kelayakan pengusahaan minyak nilam akan digambarkan melalui perhitungan analisis finansial jumlah dana yang dibutuhkan untuk membangun dan menjalankan usaha beserta perkiraan laba dan ruginya. Untuk kelayakan pengusahaan nilam akan dikaji menggunakan analisis persfektif dari data standar mutu produksi minyak nilam yang ada di Indonesia. Data hasil wawancara dengan Ibu Rohma Sri Astuti, ST akan digunakan sebagai rujukan seberapa besar minat masyarakat pada agroindustri pengolahan nilam dan hal apa saja yang mesti dipersiapkan sebelum melakukan usaha pengolahan minyak nilam. Semua pengkajian dilakukan berdasarkan data yang telah ada dengan menggunakan pendekatan deskriptif secara objektif untuk menjelaskan berbagai fenomena yang timbul pada kasus pengolahan minyak nilam ini.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Budi Daya Nilam
Tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth) merupakan tanaman perkebunan yang memiliki prospek yang cukup cerah. Hasil yang diperoleh dari tanaman nilam adalah berupa minyak nilam yang dihasilkan dengan proses penyulingan daun dan ranting tanaman nilam (Salim dan Sriharti, 2006).
Penanaman nilam pun dinilai cukup sederhana karena setiap bibit yang diperoleh dari sistem stek ditanam di tanah dengan jarak 60 cm. Selanjutnya tinggal menunggu enam bulan sebelum dipanen setelah batang mencapai ketinggian satu meter. Setelah panen, nilam dibiarkan tumbuh sendiri dan dapat dipanen lagi setiap tiga bulan.
Setelah dipanen batang dan daun nilam dijemur tiga hari sampai kering. Pengurangan kadar air mutlak diperlukan agar kualitas minyak yang dihasilkan tetap tinggi. Setelah benar-benar kering, batang nilam dipisahkan dari daunnya, lalu dirajang agar mudah dimasukkan ke dalam ketel penyulingan. Minyak yang paling baik diperoleh dari penyulingan batang nilam. Daun nilam juga dapat disuling menjadi minyak, tetapi kualitasnya masih di bawah minyak yang dihasilkan oleh batang. Oleh karena itu, para perajin biasanya mencampur batang dan daun nilam untuk disuling secara bersama. berikut ini diagram alir yang menjelaskan proses pengolahan nilam.
Gambar 3. Skema Proses Pengolahan nilam
Di Indonesia sendiri, pengolahan minyak nilam sebagian besar dilakukan oleh para petani/penyuling dan agroindustri skala kecil yang masih menggunakan peralataan yang sederhana sehingga rendemen minyak nilam yang dihasilkan masih sangat rendah. Selain itu juga, penanganan hasil setelah produksi seperti pemisahan minyak setelah penyulingan, wadah yang digunakan, dan penyimpanan belum dilakukan secara maksimal, Untuk itulah, kita perlu membenahi masalah ini. Berikut ini acuan standar mutu minyak nilam yang harus dicapai para petani desa/penyuling dan agroindustri kecil dan menengah agar hasil produksi minyak nilamnya dapat bersaing di pasar nasional dan internasional yang dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Standar Mutu Minyak Nilam (SNI 06-2385-1991)
Karakteristik | Standar SNI |
Warna | Wama Kuning muda sampai coklat tua |
Bobot jenis,25/250C | 0,943-0,983 |
Kelarutan dalam etanol 90 (suhu 25-300C) | Opalensi ringan |
Bilangan asam, max (%) | 5,0 |
Bilangan ester, max (%) | 10,0 |
Minyak kruing | Tidak nyata |
Alkohol tambahan | Negatif |
Minyak pelican | Negatif |
Zat-zat asing | Negatif |
Sumber : Wahono et al. (2005)
Analasis Ekonomi Budi Daya Nilam
Untuk mendirikan usaha budi daya dan pengolahan nilam memang memerlukan modal yang cukup besar. Akan tetapi, modal ini hanya akan memberatkan pada awal memulai usahanya saja. Karakteristik tumbuhan nilam yang mudah tumbuh dan berkembang serta perkembangbikannya tanaman nilam secara vegetatif yang sangat mudah menjadi keuntungan tersendiri dalam usaha pengolahan minyak nilam. Permintaan pasar baik nasional maupun internasional akan kebutuhan minyak nilam yang terus meningkat dapat menjadi daya tarik tersendiri untuk memulai usaha ini. Usaha ini memiliki prospek yang sangat cerah. Berikut ini akan disajikan tabel yang menggambarkan modal yang dibutuhkan untuk memulai agroindusri pengolahan minyak nilam dengan standar produksi yang memenuhi kriteria SNI (skala menengah dan atas) dan keuntungan bersih yang didapatkannya. Data ini diambil dari hasil penelitian lapang Takiyah Salim dan Sriharti, peneliti Balai Pengembangan Teknologi Tepat Guna, LIPI di desa Cupunagara, Subang.
Tabel 2. Analisis Ekonomi Budi Daya Nilam
Uraian | Volume | Biaya Satuan | Total Biaya |
1. Modal Usaha Peralatan : Cangkul Sabit Golok Sprayer | 2 2 2 1 | 50.000 25.000 25.000 300.000 | 100.000 50.000 50.000 300.000 |
Jumlah Modal Usaha | 500.000 | ||
2. Biaya Tetap Gaji Pegawai Depresiasi | 12 OB | 150.000 | 1.8000.000 100.000 |
Jumlah Biaya Tetap | 1.900.000 | ||
3. Biaya Tak Tetap Sewa lahan Bibit nilam Pupuk kandang Ferlab Urea SP 36 KCl Pestisida: redjoin, decis Ditane Biaya pengolahan lahan Biaya penanaman Biaya pemeliharaan Biaya panen Biaya pemanenan ke-2 Pemeliharaan Pemupukan NPK Biaya panen+transport Pestisida Biaya pemanenan ke-3 Pemeliharaan Pemupukan NPK Biaya panen+transport Pestisida Jumlah Biaya Tak Tetap | 1 tahun 20.000 phn 10.000 kg 200 kg 250 kg 100 kg 100 kg - 1 ha 20.000 phn - - - 1 ha 100 kg - 1 ha 100 kg - | 2.000.000 200 200 7.500 1.050 1600 1.800 - - 1.100.000 20 - - 500.000 3.500 - 500.000 3.500 - | 2.000.000 4.000.000 2.000.000 1.500.000 262.500 160.000 180.000 272.000 - 1.100.000 400.000 500.000 1.000.000 500.000 350.000 1.500.000 200.000 500.000 350.000 1.500.000 200.000 18.474.500 |
Jumlah Biaya Produksi Seluruhnya | 20.374.000 | ||
4. Pendapatan : Panen ke-1 Panen ke-2 Panen ke-3 | 30.000 kg 20.000 kg 20.000 kg | 500 500 500 | 15.000.000 10.000.000 10.000.000 |
Jumlah Pendapatan | 35.000.000 | ||
Jumlah Keuntungan | 14.625.000 |
Sumber : Balai Pengembangan teknologi Tepat Guna, LIPI
Tanaman nilam sudah dapat dipanen pada umur 6 bulan. Setelah dipanen tunasnya berkembang membentuk rumpun yang dapat dipanen lagi setiap 3 bulan. Sekali tanam, nilam dapat mencapai umur tiga tahun. Setiap panen, tiap hektarnya dapat menghasilkan 30-20 ton nilam basah tergantung pada kesuburan tanaman. Harga minyak nilam sendiri di tingkat petani mencapai Rp 750.000,00/kg.
Untuk usaha pengolahan minyak nilam, investasi awalnya memang cukup besar. Biaya untuk pendirian bangunan dan mesin pengolahan menjadi kendala yang dihadapi petani nilam dan agroindustri pengolahan nilam skala kecil dan menengah untuk mengembangkan usahanya. Berikut ini data statistik yang menunjukkan perkembangan usaha pengolahan nilam.
Gambar 4. Data Statistik Perkembangan Usaha Pengolahan Nilam di Aceh
Dari data di atas, kita dapat mengetahui perkembangan usaha budi daya dan pengolahan nilam masih relatif rendah bahkan dalam beberapa tahun terakhir cenderung menurun. Untuk mengatasi hal tersebut perlu dilakukannya peningkatan kuantitas jumlah produksi nilam dan peningkatan mutu nilam yang dihasilkan. Pemerintah selaku pemegang kekuasaan dalam negeri perlu mengambil sebuah kebijakan, misalnya pemberian kredit jangka panjang untuk para petani nilam, memberikan penyuluhan mengenai cara budi daya nilam yang benar dan efisien, dan membuka akses pasar yang seluasnya kepada para petani desa dan agroindustri skala kecil dalam pemasaran hasil produksi mereka. Penataan dan perbaikan dalam proses budi daya dan pengolahan nilam perlu dilakukan oleh semua pihak yang terlibat demi mewujudkan kesejahteraan para petani dan pemberdayaan agroindustri kecil yang dapat menyediakan lapangan kerja untuk masyarakat sekitarnya.
KESIMPULAN
Dilihat dari segi finansial, usaha pengolahan minyak nilam di tingkat petani desa dan agroindustri skala kecil dan menengah layak untuk dikembangkan. Perbaikan dan penataan dalam proses budi daya dan pengolahan nilam perlu dilakukan agar dapat meningkatkan kuantitas produksi dan kualitas hasil olahannya untuk dapat bersaing baik di pasar nasional maupun internasional. Dengan demikian, tingkat kesejahteraan para petani nilam dan masyarakat yang ada di sekitar agroindustri pengolahan nilam dapat meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
[Ditjenbun]. 2006. Statistik Perkebunan Indonesia. Direktorat Jendral Perkebunan, Departemen Pertanian, Jakarta.
[Tim Pengajar Pengantar Ilmu Pertanian]. 2009. Kumpulan Makalah Pengantar ke Ilmu-ilmu Pertanian dalam Pertanian Nonpangan. Bogor: IPB Press.
Ambasari, Indrie, Abdul Choliq, dan Dian Adi A.E. 2008. Keragaan usaha pengolahan minyak nilam di tingkat petani Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Dalam: Inovasi untuk Petani dan Peningkatan Daya Saing Produk Pertanian. Prosiding. Seminar Nasional Petanian. Bogor: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah dan Bali.
Salim, Takiyah, Sriharti. 2006. Analisis penerapan teknologi penyulingan nilam di desa Cupunagara Kecamatan Cisalak Kabupaten Subang. Dalam: Iptek Solusi Kemandirian Bangsa. Prosiding. Seminar Nasional Iptek. Yogyakarta : Balai Besar Pengembangan Teknologi Tepat Guna LIPI.
Wikardi, EA., dkk. 1990. Perkembangan penelitian tanaman nilam. Edisi khusus Vol. VI, No. 1. Bogor : Littro.
Wahono, TC., I.N. Istina, G.Harahap, dan E. Ritonga. 2005. Kajian teknologi pengolahan nilam. Dalam: Mekanisasi Berkelanjutan untuk Pembangunan Pertanian. Prosiding. Seminar Nasional Mekanisasi Pertanian. Bogor: Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar