My Quote Today

On the stage he was natural, simple, affecting. It was only when he was off, he was acting
glitter-graphic.com

Jumat, 30 Desember 2011

Pelangi Harapan : Mimpi yang Mengharu-biru




Dunia pendidikan merupakan salah satu barometer bangsa yang dapat dijadikan sebagai acuan apakah suatu negara tersebut telah dapat berkembang menuju ke arah yang lebih baik. Di Indonesia, pemerintah mencantumkan pentingnya pendidikan itu di dalam Undang–Undang Dasar 1945 BAB XIII pasal 31 mengenai pendidikan dan kebudayaan. UUD 1945 pasal 31 ayat 3 menyatakan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanana dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang – undang  dan UUD 1945 pasal 31 ayat 5  menyatakan bahwa pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai – nilai agama dan persatuan bangsa untuk peradaban serta kesejahteraan umat manusia. 
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005, proses pembelajaran yang baik harus diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik
sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik
Landasan program Pelangi Harapan Mengajar ini adalah pembelajaran asosiatif dengan landasan asosiasi sebagai prinsip dasar kinerja ingatan. Tidak perlu dipertanyakan lagi dan tidak perlu dijelaskan lebih jauh tentang struktur otak yang berlipat dengan berbagai hubungan diantara sel-selnya yang menakjubkan. Namun sebagai batu pijakan untuk penjelasan berikutnya tentang sistem pembelajaran asosiatif yang akan dibahas dalam artikel ini, maka artikel ini akan diawali dengan bagaimana otak memberi makna pada suatu obyek yang akan diingatnya. Obyek yang akan diingat tersebut sangat bervariasi. Mulai dari yang dapat diucapkan, hingga yang tidak dapat diwakili dengan ucapan. Mulai dari yang riil, hingga berbagai hal yang abstrak.
Semua hal dapat diingat oleh otak kita. Bahkan kita kekurangan waktu untuk mengingat semua hal tersebut. Karena dalam proses konsolidasi ingatan diperlukan waktu, sehingga ingatan kita yang tidak terbatas ternyata dibatasi oleh waktu. Waktu dapat menjadi sahabat paling baik bagi ingatan, bahkan bisa menjadi musuh terselubung bagi ingatan. Menjadi sahabat karena kita memanfaatkan waktu tersebut untuk mengingat kembali, memperkuat apa yang telah diingat. Sebaliknya menjadi musuh karena kita tidak melatih ingatan kita selama kurun waktu tertentu sehingga ingatan kita melemah. Maka, karena waktu merupakan faktor pembatas bagi ingatan kita, otak memiliki mekanisme efisiensi kinerja terhadap waktu. Yaitu lupa. Terutama lupa terhadap hal-hal yang telah lampau. (Restak, 2004)
belakangnya proposal 2Otak kita mencakup masa lalu, masa kini, dan masa depan. Semua terhubung baik secara sistematis maupun tidak sistematis, karena beberapa orang memiliki alur berpikir yang tidak sistematis. Dari alur ingatan masa lalu hingga masa depan tersebut, dapat terlihat adanya asosiasi. Semuanya berhubungan. (Restak, 2004)
Sampai saat ini, belum ada definisi tentang ingatan. Yang ada sampai saat ini ada mekanisme terbentuknya ingatan, yaitu dengan prinsip asosiasi itu sendiri. Dan jika harus mendefinisikan arti ingatan, maka ingatan itu adalah asosiasi yang terbentuk di dalam otak kita, terdefinisikan melalui mekanisme pembentukannya. Mengapa? Karena hampir tidak ada yang kita ingat tanpa asosiasi. Misalnya, jika saya mengatakan sendok, maka ingatan anda memanggil asosiasi berupa gambaran dalam otak anda mengenai bentuk atau gambaran berbagai macam sendok, padahal bentuk gelombang suara yang diterima telinga sangat berbeda dengan bentuk sendok yang terbayang di dalam otak. Kita tidak dapat mengingat kata sendok sebelum kata sendok itu diucapkan atau dituliskan ketika kita melihat benda tersebut. (Jensen, 2002)
Contoh lain misalnya kita tidak mengingat apakah sendok  itu kecil, sebelum kita melihat sendok yang lebih besar. Maka dalam hal ini, terdapat asosiasi atau hubungan ukuran sehingga otak mampu mengingatnya. Setelah terbentuknya asosiasi di dalam otak, maka otak mencerna makna dari asosiasi tersebut kemudian mengingatnya. Jika hanya kata sendok, tanpa makna, maka akan sulit diingat. Tanpa makna berarti tidak penting, dan tidak perlu diingat. 
Ilmu pengetahuan yang kita pelajari selama ini juga saling berasosiasi satu sama lain. Semua ilmu pengetahuan saling berhubungan, hanya saja kita sering tidak melihat hubungan tersebut karena memang dalam kurikulum serta berbagai materi yang diajarkan di bangku sekolah tidak membahas hubungan tersebut. Ilmu pengetahuan yang kita terima selama ini terpisah-pisah satu sama lain sehingga tanpa sadar banyak yang kita lupakan karena rendahnya asosiasi yang berimplikasi pada rendahnya pemaknaan oleh otak. Sebaliknya, jika saat di bangku sekolah diajarkan tentang hubungan-hubungan antar ilmu pengetahuan tersebut, maka semakin kuat asosiasi yang terbentuk, semakin banyak pemaknaan oleh otak terhadap suatu informasi yang kita peroleh, dan semakin kuat ingatan kita terhadap materi yang kita dapatkan di bangku sekolah. (Jensen, 2002)
Dalam beberapa mata pelajaran telah berasosiasi dengan baik, misalnya matematika dan fisika. Dalam matematika kita belajar bagaimana menghitung, selanjutnya dalam fisika kita menggunakannya dalam berbagai rumus. Namun selanjutnya kita hanya ingat bagaimana menghitung dan melupakan berbagai rumus fisika tersebut karena tidak diasosiasikan dengan pelajaran lainnya. Mungkin diantara berbagai deret pola-pola angka yang pernah dipelajari dalam matematika, kita hanya mengingat deret fibonacci yang sering diasosiasikan dengan rumus filotaksis daun tumbuhan ½, 2/3, 3/5, 5/8, dan seterusnya.
Banyak wajah-wajah pahlawan yang kita lupakan setelah kita belajar sejarah, kecuali yang terasosiasikan dengan mata uang. Sultan Mahmud Badaruddin (Rp10.000), Pangeran Antasari (Rp2000), I Gusti Ngurah Rai (Rp50.000), serta Kapitan Pattimura (apakah anda ingat berapa nominalnya?). Mungkin mata pelajaran sejarah perlu diasosiasikan dengan mata pelajaran seni lukis dan geografi. Yang perlu dilakukan untuk mengasosiasikannya adalah dengan menyatukan tema dan penugasan mengenai tema tersebut. Misalnya dalam geografi dipelajari tentang perkotaan, kaitkan kota-kota tersebut dengan tokoh-tokoh pahlawan yang terlibat dalam sejarah serta diberikan penugasan dalam mata pelajaran seni lukis tentang peta kota-kota di Indonesia sehingga ketiga mata pelajaran tersebut dapat diingat hanya dalam satu penugasan (jika perlu tempelkan mata uang bergambar pahlawan di dalam peta).
Mata pelajaran biologi pun akan menarik jika diasosiasikan dengan bahasa inggris, dan seni lukis misalnya. Caranya sama, yaitu dengan menyatukan tema. Misalkan dengan tema tanaman pada suatu minggu. Maka pada minggu itu, ketiga pelajaran tersebut membahas tanaman. Pada biologi tentang seluk-beluk tanaman misalnya, kemudian bahasa inggris juga membahas hal yang terkait dengan tema tersebut (tentunya dalam bahasa inggris), dan selanjutnya melukis bagian-bagian tanaman dengan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.

Pendidikan bukan sekadar persoalan teknik pengolahan informasi, bahkan bukan penerapan ‘teori belajar’ di kelas atau menggunakan hasil ‘ujian prestasi’ yang berpusat pada mata pelajaran (subject centered ‘achievement testing). Pendidikan merupakan usaha yang kompleks untuk menyesuaikan kebudayaan dengan kebutuhan anggotanya, dan menyesuaikan anggotanya dengan cara mereka mengetahui kebutuhan kebudayaan.” (Jerome Bruner, dalam buku The Culture of Education). Seorang Susan Isaacs[1[1]] berpandangan bahwa perkembangan intelektual anak berhubungan dengan perkembangan emosional. Ia juga berpendapat bahwa kebebasan di ruang kelas akan menghilangkan hambatan proses belajar atau distorsi perkembangan watak. Ia membangun budaya kebebasan dan mendorong permainan sebagai metode mengungkapkan kehidupan naluriah (instinctual life), upaya memahami dunia, dan mengembangkan keterampilan yang tersublimasi. Dengan demikian, pendidikan adalah usaha pengalihan naluri primitive agar mau mempelajari aktivitas-aktivitas yang dapat diterima oleh norma masyarakat. Proses inilah yang dimaksud sebagai sublimasi (Palmer, 2010).
belakangnya proposal 2Konsep kurikulum kemanusiaan memiliki pendekatan pada keluwesan peserta didik untuk dapat mengekspresikan perasaannya dengan seni, menampung-menjawab curiosity, penetrasi budaya setempat, dan memisahkan paradigma masyarakat yang mengaitkan pendidikan dengan matreri.
Kebebasan ekspresi peserta didik ditujukan agar dapat mengungkap seluruh potensi yang dimiliki. Karena, budaya pendidikan Indonesia selama ini dinilai kurang memfasilitasi segala ekspresi. Alur dan standar baku penilaian murid mulai dari taman kanak-kanak terlalu mengekang dan membatasi pola pikir dan kebebasan peserta didik. Hal ini sudah dikupas dalam buku A Life Freeing The Minds Of Children, sebuah buku biografi Susan Isaacs. Kebebasan berekspresi memiliki pendekatan dengan teori psikoanalisis pada dunia psikologi dan kaitannya dengan dunia pendidikan. Potensi anak didik akan tereksplor secara luwes jika dalam keadaan diluar adanya tekanan (represi). Sehingga, anak dapat mengapresiasi segala fenomena yang ada didepan matanya. Akan tetapi, pada tahun 1926 Susan Isaacs mengubah cara pandangnya terhadap aspek kebebasan dalam dunia pendidikan yang berkembang di Wina saat itu. Karena, walaupun pendidikan adalah proses sublimasi naluri, naluri yang bebas dapat juga menghambat perkembangan alami proses belajar anak. Perilaku tanpa kontrol dapat membebaskan segala keinginan naluriah anak yang belum tentu sesuai dengan kapasitasnya. Kebebasan ekspresi dalam konsep kurikulum kemanusiaan disini merupakan sebuah metode melepaskan ekspresi anak secara luwes dengan pengontrolan keseimbangan ego dan pembatasannya.
Ekspresi tersebut disokong oleh adanya upaya untuk selalu dapat memfasilitasi keingintahuan anak. Sedangkan, sistem kurikulum Indonesia yang mempunyai standar merata pada setiap anak, dapat menumpulkan ketajaman analisis anak. Contohnya, misalkan hal yang ingin di ketahui anak adalah tentang cara berenang untuk dapat menjadi atlit renang di masa depan, sedangkan standar sekolah dan pengajar mengimbau untuk belajar Kewarganegaraan. Artinya, setiap anak memiliki rasa keingintahuan yang tinggi saat ia melihat berbagai fenomena yang terjadi, akan tetapi keingintahuan tersebut perlu dibimbing dan diarahkan. Standar pendidikan memang perlu diadakan, namun hal itu harus diseimbangkan dengan kecenderungan peserta didik. Hal ini bertujuan untuk dapat memelihara kebebasan berpikir anak dan menghindarkannya dari tekanan dengan selalu memfasilitasi curiosity (keingintahuan) peserta didik.


[1] Susan Isaacs merupakan seorang psikolog yang berasal dari Bolton, Lancaishire. Adalah seorang psikolog yang memasukkan ide-ide psikoanalisis ke dalam pendidikan progresif di Inggris. Ia juga member andil bagi teori psikoanalisis dengan karyanya mengenai kehidupan ”fantasi bawah sadar” (unconscious phantasy) yang berakar pada pemahamannya tentang anak-anak. (di kutip dari buku 50 Pemikir Paling Berpengaruh terhadap Dunia Pendidikan Modern, Editor Joy A. Palmer)
 
belakangnya proposal 2Kebebasan berekspresi dan menumbuhkan curiosity dalam pendidikan sangat tidak mungkin jika tidak ada perlakuan khusus yang menghalau budaya dan nilai setempat yang berlaku. Di Indonesia, pendidikan kiranya merupakan sebuah hal yang melulu dilibatkan dengan materi. Sehingga, pendidikan dipandang sebagai sebuah hal yang eksklusif dan tidak ubahnya seperti zaman penjajahan dulu. Anak-anak sekolah dasar di kampung Situ Leutik, Darmaga, Bogor masih beranggapan bahwa sekolah adalah sesuatu hal yang mewah. “Saya pengen lanjutin SMP Satu Darmaga, kak. Cuman saya enggak tahu mau bayarnya pakai apa?”, kata mereka saat acara Community Development mahasiswa Institut Pertanian Bogor.
Sistem pendidikan Indonesia juga terkenal dengan banyaknya mata pelajaran utama yang seakan menjejali peserta didik. Betapa tidak? Siswa SD sudah di berikan 8 buah mata pelajaran yang harus di tempuh. Yakni, bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Kewarganegaraan, Matematika, IPA, IPS, seni dan budaya, serta Agama. Siswa SMP diberikan 13 mata pelajaran dengan menambah bahasa daerah, pengetahuan lingkungan hidup (bogor dan sekitarnya), dan mata pelajaran muatan lokal lainnya.
Memang tidak dapat kita pungkiri bahwa setiap mata pelajaran tersebut sangatlah penting untuk di pelajari. Namun, anak harus diberi kesempatan luang untuk memilih dan bertanggung jawab atas pilihan yang mereka pilih. Ruang untuk menyalurkan minat dan bakat pun dinilai masih minim dan cenderung masih umum. Ruang tersebut kebanyakan hanya difasilitasi satu sampai dua mata pelajaran muatan lokal dan beberapa kegiatan ekstrakurikuler.
belakangnya proposal 2belakangnya proposal 2Sistem pendidikan ini dapat mendidik anak menjadi serba general dan umum. Anak tidak memiliki pikiran yang spesifik dan mantap. Ini akan berdampak pada tingkat kemampuan anak untuk bercita-cita dan menentukan masa depannya kelak. Karena, sedari kecil mereka dijejali dengan pengetahuan yang umum lagi banyak memakai waktu bermain (baca: mengasah minat dan bakat) yang mereka miliki. Mereka disibukan dengan pencapaian standar baku pendidikan sekolah dan tugas-tugas yang diberikan.





Rabu, 28 Desember 2011

Pelangi Harapan


Dunia pendidikan merupakan salah satu barometer bangsa yang dapat dijadikan sebagai acuan apakah suatu negara tersebut telah dapat berkembang menuju ke arah yang lebih baik. Di Indonesia, pemerintah mencantumkan pentingnya pendidikan itu di dalam Undang–Undang Dasar 1945 BAB XIII pasal 31 mengenai pendidikan dan kebudayaan. UUD 1945 pasal 31 ayat 3 menyatakan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanana dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang – undang  dan UUD 1945 pasal 31 ayat 5  menyatakan bahwa pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai – nilai agama dan persatuan bangsa untuk peradaban serta kesejahteraan umat manusia.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005, proses pembelajaran yang baik harus diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik
Landasan program Pelangi Harapan Mengajar ini adalah pembelajaran asosiatif dengan landasan asosiasi sebagai prinsip dasar kinerja ingatan. Tidak perlu dipertanyakan lagi dan tidak perlu dijelaskan lebih jauh tentang struktur otak yang berlipat dengan berbagai hubungan diantara sel-selnya yang menakjubkan. Namun sebagai batu pijakan untuk penjelasan berikutnya tentang sistem pembelajaran asosiatif yang akan dibahas dalam artikel ini, maka artikel ini akan diawali dengan bagaimana otak memberi makna pada suatu obyek yang akan diingatnya. Obyek yang akan diingat tersebut sangat bervariasi. Mulai dari yang dapat diucapkan, hingga yang tidak dapat diwakili dengan ucapan. Mulai dari yang riil, hingga berbagai hal yang abstrak.
Semua hal dapat diingat oleh otak kita. Bahkan kita kekurangan waktu untuk mengingat semua hal tersebut. Karena dalam proses konsolidasi ingatan diperlukan waktu, sehingga ingatan kita yang tidak terbatas ternyata dibatasi oleh waktu. Waktu dapat menjadi sahabat paling baik bagi ingatan, bahkan bisa menjadi musuh terselubung bagi ingatan. Menjadi sahabat karena kita memanfaatkan waktu tersebut untuk mengingat kembali, memperkuat apa yang telah diingat. Sebaliknya menjadi musuh karena kita tidak melatih ingatan kita selama kurun waktu tertentu sehingga ingatan kita melemah. Maka, karena waktu merupakan faktor pembatas bagi ingatan kita, otak memiliki mekanisme efisiensi kinerja terhadap waktu. Yaitu lupa. Terutama lupa terhadap hal-hal yang telah lampau. (Restak, 2004)
belakangnya proposal 2Otak kita mencakup masa lalu, masa kini, dan masa depan. Semua terhubung baik secara sistematis maupun tidak sistematis, karena beberapa orang memiliki alur berpikir yang tidak sistematis. Hubungan tersebut misalnya di masa lalu waktu saya kecil telah diajarkan bagaimana cara menanam, dan sampai sekarang saya menyukainya sehingga saya sekarang sebagai mahasiswa fakultas pertanian. Di masa depan, saya ingin menjadi seorang pengusaha yang bergerak di bidang pertanian tropika. Dari alur ingatan masa lalu hingga masa depan tersebut, dapat terlihat adanya asosiasi. Semuanya berhubungan. (Restak, 2004)
Sampai saat ini, belum ada definisi tentang ingatan. Yang ada sampai saat ini ada mekanisme terbentuknya ingatan, yaitu dengan prinsip asosiasi itu sendiri. Dan jika harus mendefinisikan arti ingatan, maka ingatan itu adalah asosiasi yang terbentuk di dalam otak kita, terdefinisikan melalui mekanisme pembentukannya. Mengapa? Karena hampir tidak ada yang kita ingat tanpa asosiasi. Misalnya, jika saya mengatakan sendok, maka ingatan anda memanggil asosiasi berupa gambaran dalam otak anda mengenai bentuk atau gambaran berbagai macam sendok, padahal bentuk gelombang suara yang diterima telinga sangat berbeda dengan bentuk sendok yang terbayang di dalam otak. Kita tidak dapat mengingat kata sendok sebelum kata sendok itu diucapkan atau dituliskan ketika kita melihat benda tersebut. (Jensen, 2002)
Contoh lain misalnya kita tidak mengingat apakah sendok  itu kecil, sebelum kita melihat sendok yang lebih besar. Maka dalam hal ini, terdapat asosiasi atau hubungan ukuran sehingga otak mampu mengingatnya. Setelah terbentuknya asosiasi di dalam otak, maka otak mencerna makna dari asosiasi tersebut kemudian mengingatnya. Jika hanya kata sendok, tanpa makna, maka akan sulit diingat. Tanpa makna berarti tidak penting, dan tidak perlu diingat.
belakangnya proposal 2

Minggu, 16 Oktober 2011

Kado Pernikahan Sang Pengusaha

Di sebuah pesta pernikahan, datanglah seorang lelaki paruh baya membawa hadiah gambar dua buah roda yang terbingkai dengan indahnya, sebagai kado untuk kedua mempelai. Yang satu adalah gambar sebuah roda mobil mewah masa kini, dan yang satu lagi gambar sebuah roda motor butut era 70-an. Hadiah yang tak biasanya diberikan untuk orang yang menikah.

Heran bercampur bingung, sang mempelai pria yang juga seorang pengusaha muda sukses di daerahnya, tak ambil pusing dengan hadiah itu. Namun karena masih penasaran, selepas pesta dilihatnya lagi hadiah itu dan disimpannya baik-baik di teras belakang rumahnya hingga bertahun-tahun lamanya.

Sang pemberi hadiah adalah mantan bosnya dulu yang dianggapnya juga sebagai guru karena telah mengajarkan bisnis kepadanya hingga sukses seperti sekarang. Namun sudah lama tak bersua, dan sekalinya bersua langsung memberinya hadiah seperti yang diterimanya saat pesta. Tak banyak pesan yang disampaikan, diam dan pergi berlalu meninggalkannya begitu saja.

Setiap hari dilihatnya gambar dua roda tersebut, tapi tak juga dipahaminya apa maksud dari gambar itu. Hingga suatu ketika, saat masalah datang menimpa yang membawanya di ambang kesulitan, barulah ia memahaminya. Ia bergumam dalam hati seraya menerka pesan tersirat yang membawanya kepada hikmah.

“Dua roda itu adalah lambang hidupmu. Apapun bentuk roda itu ia akan mengalami hal yang sama, berputar mengitari peliknya jalan kehidupan. Kadang ia di atas, kadang pula ia di bawah, tak peduli apakah roda mewah ataukah roda butut, keduanya sama. Yang mewah akan menjadi butut dan yang butut akan menjadi kenangan.

Mungkin sekarang kamu berada di atas tapi mungkin esok kamu akan berada di bawah seperti halnya kedua roda itu. Jikalau di atas janganlah kamu lupa dengan yang di bawah dan jika di bawah janganlah selalu menengok ke atas karena hanya akan membuatmu lupa diri dan tak bersyukur.

Coba lihatlah roda itu, sekali waktu ia kuat dan gagah, tapi sekali waktu hilang sifat kuat dan gagahnya karena tertembus paku jalanan. Sekarang mungkin kamu berada di atas kesuksesan bagaikan roda mobil yang mewah, selalu dihargai dan dipandang orang, terlebih dengan tampak kuat dan gagahnya dirimu dalam mengarungi kehidupan, tapi kelak kamu akan rapuh dan hanya akan menjadi kenangan sebagaimana roda butut itu yang hanya menjadi kenangan dan sejarah masa lalu, bagai sampah dan terlupakan. Tapi ingatlah kedua roda itu akan selalu berputar dan terus berputar mengitari getirnya zaman. Tetaplah rendah hati dan bijaksana. Dan tetaplah jauhi sifat sombong dan angkuh, karena hidupmu hanya sementara dan tak lebih dari sebuah roda yang selalu kan berputar.”

Seketika tersadarlah ia, betapa dalamnya makna yang terkandung dalam gambar tersebut, terbingkai dengan indahnya sebagaimana indahnya pesan yang ingin disampaikan mantan bosnya dulu yang juga gurunya itu, bahwa hidup adalah roda zaman yang kan terus berputar.

Menembus Batas Keterbatasan

Suatu ketika rekan kita mengatakan, “Untuk apa anda kerja keras seperti ini, padahal anda tahu persis bahwa anda tidak akan mendapatkan penghargaan apa-apa?”
 Apa yang akan kita lakukan selanjutnya ? Pastinya kita tidak ingin produktivits kita terhenti begitu saja hanya karena mendapat perlakuan sinis seperti itu. Namun kita juga perlu bersiap setiap saat, karena hal semacam itu akan muncul kapan saja tanpa memberikan peringatan apapun.
 Korek api juga bisa berbentuk kondisi tubuh yang kurang sempurna , tingkat pendidikan yang rendah, kemiskinan, usia dan lain sebagainya. Jika semua keterbatasan itu dijadikan sebagai kotak Korek api , prestasi dan kemampuan kita menjadi terhambat. Tanpa kita sadari , kita mengalami hal yang sama dengan kutu tersebut. Lingkungan yang buruk , hinaan, masa lalu yang buruk, kegagalan yang beruntun, dan perkataan teman atau pendapat tetangga seolah membuat kita terkurung dalam kotak korek api atau kotak-kotak lainnya, bahkan kotak semu yang membatasi semua kelebihan kita. Lebih sering kita mempercayai mentah-mentah apapun yang mereka katakan tanpa pernah membuat sebuah perenungan, kita akan terus terjebak. Kita tidak akan pernah lagi mempercayai diri sendiri karena sepenuhnya kita bertindak sesuai dengan apa yang mereka katakan tentang kita.
 Tidakkah kita pernah mempertanyakan bahwa kita bisa melompat tinggi dan lebih jauh kita mau menyingkirkan ‘Kotak’ itu?. Tidakkah kita ingin membebaskan diri agar bisa mencapai sesuatu yang selama ini kita anggap diluar batas kemampuan kita?
Beruntung sebagai manusia kita dibekali Oleh Tuhan kemampuan untuk berjuang sehingga tidak mudah menyerah terhadap apapun. Oleh karena itu , teruslah berusaha mencapai apapun yang kita cita-citakan . Rasa sakit, lelah dan tegang hilang seketika saat kita sudah sampai dipuncak kebahagiaan. Seluruh pengorbanan terbayar sudah. Jika potensi yang sesungguhnya ingin kita munculkan, bersaksilah untuk menembus kotak korek api itu. Lihatlah Ucok Baba, dengan tinggi tubuh dibawah rata-rata ia mampu menjadi presenter Televisi. Kitapun mungkin mengenal Hellen Keller. Dengan segala keterbatasan yang dimilikinya, ia berhasil meruntuhkan dinding- dinding yang mengungkungnya. Walaupun ia buta, tuli, dan gagu, ia berhasil menyelesaikan pendidikannya di Harvard University.

Leadership Spiritual Questioner

Sebuah Refleksi diri
Jika suatu bangsa dapat memilih para pemimpinnya dengan baik, maka bangsa tersebut akan berkembang dan menjadi negara yang besar. Tetapi, jika salah memilih pemimpin, bangsa tersebut akan menuju kehancuran. Keberhasilan dan jatuhnya suatu negara berada di tangan para pemimpinnya. Hal ini merupakan salah satu krisis yang paling nyata dihadapi bangsa Indonesia saat ini yaitu krisis ‘kepemimpinan’. Kita mengalami kegamangan dalam hal menentukan pemimpin yang tepat untuk negeri ini. Tentu saja pemimpin yang mampu mengeluarkan Indonesia dari berbagai krisis multidimensi ini. Beberapa kali pemilu dan pilpres telah digelar, namun selalu saja muncul perdebatan dalam menentukan pemimpin yang layak, sehingga perebutan posisi presiden dan wakil presiden kerap menjadi suguhan politik yang paling menyedot perhatian publik.
Ini sama halnya seperti dalam dunia bisnis. Tidak peduli betapa hebatnya kemampuan para pekerja di suatu perusahaan, jika kepemimpinannya kurang, maka perusahaan tersebut akan segera mengalami kebangkrutan. Tetapi, jika sang pemilik atau para direksi menyediakan suatu kepemimpinan yang handal, maka perusahaan tersebut akan berkembang dan berhasil.
Prinsip-prinsip yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin diungkapkan dalam Al-Qur’an Q.S Al-Anbiya’ ayat 73 yang artinya :
Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada, mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan sholat, menunaikan zakat, dan hanya kepada Kamilah mereka selalu menyembah”.
Dan dalam Q.S. Sajadah Ayat 24 yang artinya :
Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar dan adalah mereka meyakini ayat-ayat kami.
Allah juga berfirman dalam ayat yang lain :
(Nabi mereka) berkata: “Sesungguhnya Allah telah memilihnya (Thalut) menjadi rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa.” Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. (Qs. Al Baqarah : 247)
Seperti halnya yang diungkap Rasullah SAW, ketika Abu Dzar meminta suatu jabatan. Ia bersabda, “Kamu lemah, dan ini adalah amanah sekaligus dapat menjadi penyebab kenistaan dan penyesalan di Hari Kemudian (bila disia-siakan)”.
Rasulullah Muhammad SAW bersabda, “Sebaik-baik pemimpin kalian ialah mereka yang kalian cintai dan mereka pun mencintai kalian; mereka mendoakan kalian dan kalian pun mendoakan mereka. Seburuk-buruk pemimpin kalian ialah mereka yang kalian benci dan mereka pun membenci kalian; kalian melaknati mereka dan mereka pun melaknati kalian.” (H.R. Muslim).
Berdasarkan ayat-ayat dan hadist  di atas, prinsip-prinsip kepemimpinan itu diantaranya sebagai berikut :
  1. Selalu berorientasi atau berpijak pada nilai-nilai kebenaran,
  2. Mampu mengantarkan pengikutnya (masyarakat) pada jalan Allah,
  3. Selalu membudayakan kebaikan-kebaikan pada dirinya sendiri sebelum kepada orang lain, dan
  4. Memiliki keyakinan (optimis) terhadap keberhasilan dan pertolongan Allah.
  5. Berilmu luas, sehingga mengetahui titik kelemahan dan potensi kekuatan yang ada dalam tubuh umatnya, dengan demikian ia akan dapat mengatur kesemuanya itu dengan kematangan pikirannya.
  6. Bertubuh kekar dan sehat, yang merupakan pertanda kesehatan pikirannya.
  7. Ia berada dalam pertolongan dan taufiq Allah, sehingga dengan mudah dapat mengadaptasikan dirinya sebagai seorang pemimpin tanpa adanya kesusahan.
Stephen R. Covey, pakar kepemimpinan, menekankan pentingnya prinsip-pinsip dasar yang harus dijadikan sentral dalam mengelola sebuah kepemimpinan (principle-centered). Prinsip-prinsip dasar itu diantaranya adalah : fairness (keadilan), integrity (ketulusan/keteguhan), honesty (kejujuran), dan human dignity (kehormatan manusia). Jika masyarakat Barat, yang sebagian besar aturan hidupnya bersifat sekuleristik, masih memegang prinsip universal tersebut, apalagi kita yang hidup di Indonesia dan dikenal sebagai masyarakat religius. Bagi seorang muslim, sifat-sifat Nabi yang terkenal yaitu Shidiiq (Jujur), Amanah (dapat dipercaya), Tabligh (selalu menyampaikan kebenaran) dan Fathonah (memiliki kecerdasan), seharusnya juga dijadikan pedoman dan prinsip dasar dalam menjalankan misi kepemimpinan profetik.
Orang biasa cenderung untuk meniru para pemimpinnya. Mereka mulai meniru para pemimpinnya bukan hanya dalam hal penggunaan kata-kata dan kelakuan, tetapi mereka juga meniru cara berpikir para pemimpin mereka. Coba kita lihat komunitas milist (mailing list). Jika pemimpin milist ini handal, maka seluruh komunitas milist ini akan meningkat hari demi hari. Sebaliknya, jika komunitas milist ini kurang dalam hal kepemimpian maka komunitas milist ini akan mengalami banyak penurunan.
Menilai diri sendiri :  
            Dalam banyak aspek kepemimpinan yang ada diri ini masih belum mencapai target yang ideal bagi seorang pemimpin. Terutama dalam aspek pengetahuan yang luas, bertubuh sehat, dan aspek kekuatan keimanan yang masih turun naik dan belum stabil. Akan tetapi, diri ini juga selalu berusaha persikap proaktif yang artinya lebih dari sekedar mengambil inisiatif. Bersikap proaktif artinya bertanggung jawab atas perilaku kita sendiri (di masa lalu, di masa sekarang, maupun di masa mendatang), dan membuat pilihan-pilihan berdasarkan prinsip-prinsip serta nilai-nilai ketimbang pada suasana hati atau keadaan. Selalu berusaha untuk mengislah diri dari waktu ke waktu. Yah sebagai manusia itulah yang bisa saya lakukan teruis belajar dari kesalahan-kesalahan yang mungkin setiap waktu bahkan setiap menit dilakukan dan berusaha mengambil ibroh dari semua hal yang terjadi. Mungkin kalau disangkutpautkan dengan implementasi kepemimpinan profetik diri ini masih sangat banyak kekurangannya. Yah hanya terus bisa terus berusaha untuk mengislah (memperbaiki) diri saja. Karena pada dasarnya manusia itu terlihat baik hanya karena Allah masih menutup aib-aib kita saja. Mungkin bisa ku ungkapkan pendapatku mengenai diri ini dalam satu paragraf prosa :
“Aku lebih suka menyukai pagi yang begitu sederhana. Pagi yang tidak mengatakan apa-apa padaku sampai matahari terik datang dan itu terjadi secara alami. Ia benar-benar tidak mengatakan apapun padaku tentang apa yang ia suka. Karena itu, aku terkadang tidak menyadarinya. Kesederhanaanya tidak membuat beban pada dirinya sendiri. Kesejukannya tidak pernah menusuk orang lain. Benar-benar tidak melebaykan apa yang terjadi pada dirinya”.
Rekomendasi untuk meningkatkan kapasitas kepemimpinan itu perlu juga memiliki ketrampilan khusus  yang sifatnya sangat kritis, beberapa rekomendasi yang ada ini aku kutip dari Resensi Buku White, Hodgson dan Crainer (1997) :
·                     Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT dengan cara meningkatkan kualitas amal yaumiyah kita sehari-hari.
•    Difficult Learning : proses belajar yang rumit dan sulit bisa merangsang kreativitas. Untuk mendorong kemampuan mengidentifikasi apa yang belum diketahui dan yang belum di dapat cara pemecahannya.
•    Maximizing Energy:  upaya memaksimalkan energy bukan diartikan ‘begadang’ untuk kerja keras, tetapi dapat mengambil keputusan yang berkualitas. Harus bisa keluar dari mindset ‘statusquo’ yang sifatnya kompromistis.
•    Resonant Simplicity:  berlogika secara sederhana menjadi keunggulan dalam bersaing, yang tidak muluk” tapi susah direalisasi.
•    Multiple Focus: artinya tidak hanya focus pada kegiatan yang sesuai dengan rencana strategis saja, tapi juga yang nonstrategis.
•    Mastering Inner Sense: bahwa berprediksi itu tidak hanya mengandalkan logika dan rasio dari data” saja tapi kadang juga perlu ilmu dari dalam diri ( inner sense) terutama untuk membuat keputusan cepat dalam kondisi yang tidak menentu.

Minggu, 13 Februari 2011

Di Saat Islam Berbicara Tentang Cinta

Di Saat Islam Berbicara Tentang Cinta
Valentine Day adalah suatu perayaan yang berdasarkan kepada pesta jamuan ‘supercalis’ bangsa Romawi kuno  yang kemudian berubah menjadi ‘acara keagamaan’ yang dikaitkan dengan kematian St. Valentine. St Valentine sendiri adalah seorang pendeta yang dihukum mati karena menentang Kaisar Claudius II yang melarang pernikahan di kalangan pemuda. Dari sejarahnya, ‘Valentine day’ sudah jelas bukan berasal dari ajaran Islam.
Keinginan untuk ikut-ikutan memang ada dalam diri manusia yang merupakan sebuah fitrah. Akan tetapi, hal tersebut dapat menimbulkan kefasikkan kalau kita sendiri sebagai muslim tidak memahami terhadap hal yang kita ikuti tersebut. Mari kita renungkan sejenak firman Allah Swt di bawah ini :


“ Dan janglah kamu megikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggung jawabnya”. (Surah Al-Isra : 36)

            Dalam Islam kata “tahu” berarti mampu mengindera (mengetahui) dengan seluruh panca indera yang dikuasai oleh hati. Pengetahuan yang sampai pada taraf mengangkat isi dan hakikat sebenarnya. Bukan hanya sekedar dapat melihat atau mendengar. Bukan pula sekadar tahu sejarah, tujuannya, apa, siapa, kapan, bagaimana, dan di mana, akan tetapi lebih dari itu. Oleh karena itu, Islam amat melarang kepercayaan yang membonceng kepada suatu kepercayaan lain atau dalam Islam disebut taqlid. Dalam hal ini, Rasulullah SAW bersabda :

“Barangsiapa meniru suatu kaum, maka ia termasuk dari kaum tersebut.” (HR. At-Tirmidzi).

Tujuan mengungkapkan rasa kasih sayang dan cinta di muka bumi ini adalah tujuan yang baik. Akan tetapi, bukan hanya sehari untuk setahun dan bukan pula berarti kita harus berkiblat kepada Valentine seolah-olah meninggikan ajaran lain di atas Islam. Islam diutuskan kepada umatnya dengan memerintahkan umatnya untuk selalu berkasih sayang dan menjalin rasa persaudaraan yang abadi di bawah naungan Allah Swt Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Bahkan, Rasulullah Muhammad SAW bersabda :

Tidak beriman salah seorang di antara kamu sehingga ia cinta kepada saudaranya seperti cintanya kepada diri sendiri”. (HR. Bukhari dan Muslim)

Islam telah mengajarkan kepada kita agar kita selalu menebarkan cinta dan kasih sayang di mana dan kapan pun kita berada. Bahkan dalam ayat-ayat Al-Qur’an Islam dengan jelas menggambarkan cinta itu dalam lantunan ayat yang indah. Islam menyajikan pelajaran yang berharga tentang manajemen cinta; tentang bagaimana manusia seharusnya menyusun skala prioritas cintanya. Urutan tertinggi perasaan cinta adalah kepada Allah SWT, kemudian kepada Rasul-Nya (QS 33: 71). Cinta pada sesama makhluk diurutkan sesuai dengan firman-Nya (QS 4: 36), yaitu kedua orang ibu-bapa, karib-kerabat (yang mahram), anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahaya. Sedangkan harta, tempat tinggal, dan kekuasaan juga mendapat porsi untuk dicintai
pada tataran yang lebih rendah (QS 9: 24). 

Perasaan cinta adalah abstrak. Namun, perasaan cinta bisa diwujudkan sebagai perilaku yang tampak oleh mata. Di antara tanda-tanda cinta seseorang kepada Allah SWT adalah banyak bermunajat, sholat sunnah, membaca Al Qur'an dan berdzikir karena dia ingin selalu bercengkerama dan mencurahkan semua perasaan hanya kepada-Nya. Bila Sang Khaliq memanggilnya melalui suara adzan maka dia bersegera menuju ke tempat sholat agar bisa berjumpa dengan-Nya. Bahkan bila malam tiba, dia ikhlas bangun tidur untuk berduaan (ber-khalwat) dengan Rabb kekasihnya melalui shalat tahajjud. Dalam tataran muamalah, kita dapat melihat cinta melalui seorang ibu yang mencintai anaknya dengan sepenuh hati dan seorang ayah yang rela bekerja keras demi keluarganya. Begitu pula sebaliknya, seorang anak yang dengan kesungguhan hati menjaga kehormatan keluarganya serta saudara-saudaranya. Hal tersebut tidak mungkin dapat terwujud tanpa adanya cinta. Cinta dan kasih sayang akan menjadikan dunia ini terasa indah dan menyenangkan karena begitulah Allah Swt mencintai makhluknya. Wassalamu’alaikum !!


Oleh                : Asep Sarifudin Kimia 46
Sumber            : Dari berbagai sumber seperti halaqah.net, moslemsunnah, dan sumber lainnya dengan beberapa perubahan

Sabtu, 12 Februari 2011

Tak Perlu Sibuk Cari Merek Susu Berbakteri

KOMPAS.com -  Saat ini semua orang tua di Indonesia dilanda kekawatiran  luar biasa, ketika isu bahaya susu formula mengandung Sakazakii sedang marak.


Semua orang tua rajin berburu internet untuk mencari daftar merek susu terkontaminasi Sakazakii. Dokter sering menerima pertanyaan orangtua apakah sebaiknya susu diganti tajin? Bahkan saat beredar isu yang tidak bertanggung jawab menyebut merek susu tertentu, padahal secara resmi IPB, BPOM dan Menkes belum mengumumkan merek susu itu. Merek apa sajakah susu yang tercemar bakteri Sakazakii ?
Sebenarnya, pertanyaan tersebut tidak perlu terjadi kalau mengetahui bahwa sebenarnya semua susu bisa beresiko mengandung susu berbakteri setiap saat mulai dari jaman dulu hingga detik ini.
Menurut WHO dan FDA semua susu formula tidak steril dan berisiko terkena bakteri termasuk sakazakii. Tetapi tidak usah panik, bakteri tersebut tidak berbahaya seperti yang diduga dan akan mati dengan suhu pemanasan 70 derajat Celsius.
Meski saat ini belum diumumkan, kalaupun jadi diumumkan susu yang lain belum tentu bebas bakteri. Karena saat pemeriksaan itu normal tetapi dikemudian hari tidak menjamin aman bakteri. 
Jadi, sebaiknya para orangtua tidak perlu khawatir mencari merek susu yang berbakteri karena semua susu pada dasarnya tidak steril dan berisiko mengandung bakteri tetapi tidak berbahaya.
Orangtua harus mewaspadai dengan pencegahan paling ampuh membunuh bakteri itu dengan mencampur air panas 70 derajat celcius. Justru masyarakat jangan terkecoh oleh berbagai isu yang tidak bertanggung jawab yang dilemparkan pihak tertentu demi kepentingan pribadi.
Pengadilan dan mahkamah Agung memutuskan bahwa pihak IPB sebagai peneliti, BPOM (Balai Pengawasan Obat dan makanan) atau Kementerian Kesehatan untuk segera mengumumkan susu yang tercemar bakteri. Masalah ini timbul karena temuan para peneliti Institut Pertanian Bogor (IPB) mengenai adanya Enterobacter sakazakii (E. sakazakii) dalam susu formula anak-anak dan bubur bayi, cukup menghebohkan masyarakat beberapa bulan yang lalu.
Berbagai pihak mulai bersuara keras, diantaranya YLKI (Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Komisi Nasional perlindungan Anak bahkan ketua Ikatan Dokter Indonesia mendukung dan mengecam keras pemerintah untuk mematuhi keputusan pengadilan negeri tersebut. Suara keras tersebut demi menyelamatkan nyawa jutaan anak Indonesia. Tetapi pihak peneliti dan menteri kesehatan karena berbagai tetap bersikukuh bahwa penelitian tersebut belum perlu diumumkan.
Penelitian susu berbakteri adalah wajar
Sebenarnya temuan peneliti IPB terhadap 74 sampel susu formula, 13,5 persen di antaranya mengandung bakteri berbahaya tersebut, mungkin tidak terlalu mengejutkan.  Karena, USFDA (United States Food and Drug Administration)  telah melansir sebuah penelitian prevalensi  kontaminasi susu di sebuah negara terhadap 141 susu bubuk formula didapatkan 20 (14 persen) kultur positif  E. sakazakii.
Dari berbagai penelitian dan pengalaman di beberapa negara sebenarnya WHO (World Health Organization), USFDA dan beberapa negara maju lainnya telah menetapkan bahwa susu bubuk formula bayi bukanlah produk komersial yang steril. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh pihak lain termasuk BPOM yang menyebutkan bahwa susu bubuk komersial aman, karena semata berbeda dalam sensitifitas dan spesifitas alat dan metoda identifikasinya.
Enterobacter sakazakii bukan merupakan mikroorganisme normal pada saluran pencernaan hewan dan manusia, sehingga disinyalir bahwa tanah, air, sayuran, tikus dan lalat merupakan sumber infeksi.  Enterobacter sakazakii dapat ditemukan di beberapa lingkungan industri makanan  (pabrik susu, coklat, kentan, sereal, dan pasta), lingkungan berair, sedimen tanah  yang lembab.
Dalam beberapa bahan makanan yang potensi terkontaminasi E. sakazakii antara lain keju, sosis, daging  cincang awetan, sayuran, dan susu bubuk E. sakazakii adalah suatu kuman jenis gram negatif dari family enterobacteriaceae. Organisma ini dikenal sebagai “yellow pigmented Enterobacter cloacae”.
Berbahaya tetapi relatif aman
Susu dapat menjadi media pertumbuhan yang baik bagi bakteri, karena di dalamnya terdapat komponen biokimia yang juga diperlukan oleh bakteri untuk tumbuh dan berkembang. Selain E. sakazakii, didapatkan berbagai bakteri lain yang sering mengkontaminasi susu formula.
Hingga saat ini tidak banyak diketahui tentang virulensi  dan daya patogenitas bakteri berbahaya ini. Bahan enterotoxin diproduksi oleh beberapa jenis strains kuman. Dengan menggunakan kultur jaringan diketahui efek enterotoksin dan beberapa strain tersebut. Didapatkan 2 jenis strain bakteri yang berpotensi sebagai penyebab kematian, sedangkan beberapa strain lainnya non-patogenik atau tidak berbahaya.
Meskipun berbahaya ternyata kejadian infeksi bakteri ini sangat jarang. Di Amerika Serikat angka kejadian infeksi E. sakazakii yang pernah dilaporkan adalah 1 per 100 000 bayi. Terjadi peningkatan angka kejadian  menjadi 9.4 per 100 000 pada bayi dengan berat lahir sangat rendah (<1.5 kg). Bayi prematur, berat badan lahir rendah (kurang dari 2.500 gram) dan penderita dengan gangguan kekebalan tubuh adalah individu yang paling beresiko untuk mengalami infeksi ini. Pada anak sehat belum pernah dilaporkan terjadi infeksi bakteri ini.
Beberapa hal itulah yang mungkin menjelaskan kenapa sudah ditemukan demikian banyak susu terkontaminasi tetapi belum ada laporan terjadi korban terinfeksi bakteri tersebut. Bayangkan peneliti IPB mendapatkan 14 persen, sedangkan USFDA 13,5 produk susu mengandung bakteri E. sakazakii. Tapi, faktanya tidak ada satupun anak yang Indonesia dilaporkan tercemar bakteri itu.
Infeksi bakteri ini sangat jarang dan relatif tidak mengganggu untuk anak sehat. Tetapi pada kelompok anak tertentu dengan gangguan kekebalan tubuh tetap dapat mengakibatkan penyakit yang sangat berbahaya sampai dapat mengancam jiwa. Gangguan tersebut di antaranya adalah infeksi saluran kencing, neonatal meningitis (infeksi selaput otak pada bayi), sepsis (infeksi berat) dan necrotizing enterocolitis (kerusakan berat saluran cerna).
Semua Merek Sufor Tidak Steril
Masalah terpenting dalam kasus ini mungkin bukan merek susu yang tercemar. Permasalahan sebenarnya adalah semua  produk susu bubuk komersial memang bukan produk yang steril. Hal ini juga pernah dialami oleh negara maju seperti Kanada, Inggris, Amerika dan negara lainnya. WHO dan USFDA sudah menetapkan bahwa susu bubuk formula komersial memang tidak steril. Jadi bukan hanya produksi lokal saja yang beresiko tetapi produksi luar negeripun resiko terinfeksi bakteri tidak jauh berbeda.
Melihat beberapa fakta ilmiah  tersebut tampaknya berbagai pihak harus arif dan bijak dalam menyikapi kekawatiran ini. Pemerintah dalam hal ini departemen kesehatan dan BPOM harus menyikapi secara profesional dengan melakukan kajian ilmiah mendalam  baik secara biologis, epidemiologis, dan pengalaman ilmiah berbasis bukti (evidence base medicine). Berbagai elemen masyarakat seperti YLKI, Komnas Perlindungan Anak dan Ikatan Dokter Indonesia sebelum mengeluarkan opini sebaiknya harus mencari fakta ilmiah dan informasi yang benar tentang masalah ini.
Pihak pengadilan dan Mahkamah Agung sebelum mengeluarkan keputusan yang sangat penting ini seharusnya melibatkan saksi ahli yang berkompeten dan kredibel. Keputusan yang salah dalam menyikapi masalah ini akan menimbulkan dampak yang lebih besar lagi. Berbagai opini dan sikap yang tidak benar malah dapat mengakibatkan kekawatiran orangtua bertambah.
Bila pemerintah harus mengumumkan susu berbakteri tersebut akan menimbulkan masalah yang lebih besar dan kekisruhan yang lebih hebat lagi. Dampak yang buruk dan berimplikasi yang luas, baik implikasi hukum, etika penelitian, sosial, dan medis. Kalau pemerintah atau Balai POM mengumumkan merek susu tersebut pasti akan membuat pabrik susu yang bersangkutan akan sekejap gulung tikar.
Dampaknya lebih luar biasa, ratusan ribu bahkan jutaan manusia yang terkait dengan prduksi susu itu akan lebih sengsara. Belum lagi akan timbul dampak hukum baru bagi peneliti, dan pihak yang akan mengumumkan. Menurut etika penelitian selama bukan hal yang berbahaya atau mengancam nyawa manusia maka tidak boleh diumumkan secara luas obyek yang dijadikan bahan penelitian.
Kalaupun merek tersebut diumumkan juga tidak akan menyelesaikan masalah. Belum tentu merek yang lain nantinya juga aman. Bila penelitian tersebut dilakukan setiap periode sangat mungkin ada lagi susu yang tercemar. Karena pada dasarnya susu bubuk komersial adalah produk susu yang paling gampang tercemar bakteri. Bukan tidak mungkin nantinya banyak produk susu lambat laun pasti tercemar bakteri. Bila hal ini terjadi dalam perjalanan waktu tidak mustahil semua susu akan dilaporkan tercemar.
Seharusnya pemerintah mengeluarkan rekomendasi bahwa memang susu komersial bukan produk steril seperti rekomendasi WHO dan USFDA.  Hal ini lebih beresiko lebih ringan, karena masyarakat akan lebih waspada dalam pencegahannya. Rekomendasi ini juga merupakan hal yang wajar karena di beberapa negara majupun hal ini sering terjadi. Sebaliknya bila susu bubuk komersial tetap dianggap aman, masyarakat tidak waspada atau lengah dalam proses penyajiannya. Selanjutnya tetap akan berdampak berbahaya pada anak yang kelompok tertentu yang beresiko terinfeksi.
Rekomendasi lain yang harus diperhatikan untuk mengurangi resiko infeksi tersebut adalah cara penyajian susu bubuk formula untuk bayi dengan baik dan benar. Pemanasan air di atas 70 derajat Celcius, bakteri yang ada dalam susu akan mati.  Sedangkan pada anak yang berisiko seperti bayi prematur dan anak dengan gangguan fungsi kekebalan tubuh berat direkomendasikan dengan pemberian susu bayi formula cair siap saji.
Susu formula cair yang siap saji, dianggap sebagai produk komersial steril karena dengan proses pemanasan yang cukup.  Masyarakat tidak perlu sibuk mencari produk susu mana yang tercemar. Meskipun relatif aman, ternyata semua produk susu bubuk komersial memang tidak steril. Tampaknya fenomena ini adalah peringatan Sang Pencipta manusia, bahwa para ibu mulai mengabaikan kehebatan dan keamanan ASI bagi buah hatinya.
(Dr Widodo Judarwanto SpA)