My Quote Today

On the stage he was natural, simple, affecting. It was only when he was off, he was acting
glitter-graphic.com

Minggu, 16 Oktober 2011

Kado Pernikahan Sang Pengusaha

Di sebuah pesta pernikahan, datanglah seorang lelaki paruh baya membawa hadiah gambar dua buah roda yang terbingkai dengan indahnya, sebagai kado untuk kedua mempelai. Yang satu adalah gambar sebuah roda mobil mewah masa kini, dan yang satu lagi gambar sebuah roda motor butut era 70-an. Hadiah yang tak biasanya diberikan untuk orang yang menikah.

Heran bercampur bingung, sang mempelai pria yang juga seorang pengusaha muda sukses di daerahnya, tak ambil pusing dengan hadiah itu. Namun karena masih penasaran, selepas pesta dilihatnya lagi hadiah itu dan disimpannya baik-baik di teras belakang rumahnya hingga bertahun-tahun lamanya.

Sang pemberi hadiah adalah mantan bosnya dulu yang dianggapnya juga sebagai guru karena telah mengajarkan bisnis kepadanya hingga sukses seperti sekarang. Namun sudah lama tak bersua, dan sekalinya bersua langsung memberinya hadiah seperti yang diterimanya saat pesta. Tak banyak pesan yang disampaikan, diam dan pergi berlalu meninggalkannya begitu saja.

Setiap hari dilihatnya gambar dua roda tersebut, tapi tak juga dipahaminya apa maksud dari gambar itu. Hingga suatu ketika, saat masalah datang menimpa yang membawanya di ambang kesulitan, barulah ia memahaminya. Ia bergumam dalam hati seraya menerka pesan tersirat yang membawanya kepada hikmah.

“Dua roda itu adalah lambang hidupmu. Apapun bentuk roda itu ia akan mengalami hal yang sama, berputar mengitari peliknya jalan kehidupan. Kadang ia di atas, kadang pula ia di bawah, tak peduli apakah roda mewah ataukah roda butut, keduanya sama. Yang mewah akan menjadi butut dan yang butut akan menjadi kenangan.

Mungkin sekarang kamu berada di atas tapi mungkin esok kamu akan berada di bawah seperti halnya kedua roda itu. Jikalau di atas janganlah kamu lupa dengan yang di bawah dan jika di bawah janganlah selalu menengok ke atas karena hanya akan membuatmu lupa diri dan tak bersyukur.

Coba lihatlah roda itu, sekali waktu ia kuat dan gagah, tapi sekali waktu hilang sifat kuat dan gagahnya karena tertembus paku jalanan. Sekarang mungkin kamu berada di atas kesuksesan bagaikan roda mobil yang mewah, selalu dihargai dan dipandang orang, terlebih dengan tampak kuat dan gagahnya dirimu dalam mengarungi kehidupan, tapi kelak kamu akan rapuh dan hanya akan menjadi kenangan sebagaimana roda butut itu yang hanya menjadi kenangan dan sejarah masa lalu, bagai sampah dan terlupakan. Tapi ingatlah kedua roda itu akan selalu berputar dan terus berputar mengitari getirnya zaman. Tetaplah rendah hati dan bijaksana. Dan tetaplah jauhi sifat sombong dan angkuh, karena hidupmu hanya sementara dan tak lebih dari sebuah roda yang selalu kan berputar.”

Seketika tersadarlah ia, betapa dalamnya makna yang terkandung dalam gambar tersebut, terbingkai dengan indahnya sebagaimana indahnya pesan yang ingin disampaikan mantan bosnya dulu yang juga gurunya itu, bahwa hidup adalah roda zaman yang kan terus berputar.

Menembus Batas Keterbatasan

Suatu ketika rekan kita mengatakan, “Untuk apa anda kerja keras seperti ini, padahal anda tahu persis bahwa anda tidak akan mendapatkan penghargaan apa-apa?”
 Apa yang akan kita lakukan selanjutnya ? Pastinya kita tidak ingin produktivits kita terhenti begitu saja hanya karena mendapat perlakuan sinis seperti itu. Namun kita juga perlu bersiap setiap saat, karena hal semacam itu akan muncul kapan saja tanpa memberikan peringatan apapun.
 Korek api juga bisa berbentuk kondisi tubuh yang kurang sempurna , tingkat pendidikan yang rendah, kemiskinan, usia dan lain sebagainya. Jika semua keterbatasan itu dijadikan sebagai kotak Korek api , prestasi dan kemampuan kita menjadi terhambat. Tanpa kita sadari , kita mengalami hal yang sama dengan kutu tersebut. Lingkungan yang buruk , hinaan, masa lalu yang buruk, kegagalan yang beruntun, dan perkataan teman atau pendapat tetangga seolah membuat kita terkurung dalam kotak korek api atau kotak-kotak lainnya, bahkan kotak semu yang membatasi semua kelebihan kita. Lebih sering kita mempercayai mentah-mentah apapun yang mereka katakan tanpa pernah membuat sebuah perenungan, kita akan terus terjebak. Kita tidak akan pernah lagi mempercayai diri sendiri karena sepenuhnya kita bertindak sesuai dengan apa yang mereka katakan tentang kita.
 Tidakkah kita pernah mempertanyakan bahwa kita bisa melompat tinggi dan lebih jauh kita mau menyingkirkan ‘Kotak’ itu?. Tidakkah kita ingin membebaskan diri agar bisa mencapai sesuatu yang selama ini kita anggap diluar batas kemampuan kita?
Beruntung sebagai manusia kita dibekali Oleh Tuhan kemampuan untuk berjuang sehingga tidak mudah menyerah terhadap apapun. Oleh karena itu , teruslah berusaha mencapai apapun yang kita cita-citakan . Rasa sakit, lelah dan tegang hilang seketika saat kita sudah sampai dipuncak kebahagiaan. Seluruh pengorbanan terbayar sudah. Jika potensi yang sesungguhnya ingin kita munculkan, bersaksilah untuk menembus kotak korek api itu. Lihatlah Ucok Baba, dengan tinggi tubuh dibawah rata-rata ia mampu menjadi presenter Televisi. Kitapun mungkin mengenal Hellen Keller. Dengan segala keterbatasan yang dimilikinya, ia berhasil meruntuhkan dinding- dinding yang mengungkungnya. Walaupun ia buta, tuli, dan gagu, ia berhasil menyelesaikan pendidikannya di Harvard University.

Leadership Spiritual Questioner

Sebuah Refleksi diri
Jika suatu bangsa dapat memilih para pemimpinnya dengan baik, maka bangsa tersebut akan berkembang dan menjadi negara yang besar. Tetapi, jika salah memilih pemimpin, bangsa tersebut akan menuju kehancuran. Keberhasilan dan jatuhnya suatu negara berada di tangan para pemimpinnya. Hal ini merupakan salah satu krisis yang paling nyata dihadapi bangsa Indonesia saat ini yaitu krisis ‘kepemimpinan’. Kita mengalami kegamangan dalam hal menentukan pemimpin yang tepat untuk negeri ini. Tentu saja pemimpin yang mampu mengeluarkan Indonesia dari berbagai krisis multidimensi ini. Beberapa kali pemilu dan pilpres telah digelar, namun selalu saja muncul perdebatan dalam menentukan pemimpin yang layak, sehingga perebutan posisi presiden dan wakil presiden kerap menjadi suguhan politik yang paling menyedot perhatian publik.
Ini sama halnya seperti dalam dunia bisnis. Tidak peduli betapa hebatnya kemampuan para pekerja di suatu perusahaan, jika kepemimpinannya kurang, maka perusahaan tersebut akan segera mengalami kebangkrutan. Tetapi, jika sang pemilik atau para direksi menyediakan suatu kepemimpinan yang handal, maka perusahaan tersebut akan berkembang dan berhasil.
Prinsip-prinsip yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin diungkapkan dalam Al-Qur’an Q.S Al-Anbiya’ ayat 73 yang artinya :
Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada, mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan sholat, menunaikan zakat, dan hanya kepada Kamilah mereka selalu menyembah”.
Dan dalam Q.S. Sajadah Ayat 24 yang artinya :
Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar dan adalah mereka meyakini ayat-ayat kami.
Allah juga berfirman dalam ayat yang lain :
(Nabi mereka) berkata: “Sesungguhnya Allah telah memilihnya (Thalut) menjadi rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa.” Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. (Qs. Al Baqarah : 247)
Seperti halnya yang diungkap Rasullah SAW, ketika Abu Dzar meminta suatu jabatan. Ia bersabda, “Kamu lemah, dan ini adalah amanah sekaligus dapat menjadi penyebab kenistaan dan penyesalan di Hari Kemudian (bila disia-siakan)”.
Rasulullah Muhammad SAW bersabda, “Sebaik-baik pemimpin kalian ialah mereka yang kalian cintai dan mereka pun mencintai kalian; mereka mendoakan kalian dan kalian pun mendoakan mereka. Seburuk-buruk pemimpin kalian ialah mereka yang kalian benci dan mereka pun membenci kalian; kalian melaknati mereka dan mereka pun melaknati kalian.” (H.R. Muslim).
Berdasarkan ayat-ayat dan hadist  di atas, prinsip-prinsip kepemimpinan itu diantaranya sebagai berikut :
  1. Selalu berorientasi atau berpijak pada nilai-nilai kebenaran,
  2. Mampu mengantarkan pengikutnya (masyarakat) pada jalan Allah,
  3. Selalu membudayakan kebaikan-kebaikan pada dirinya sendiri sebelum kepada orang lain, dan
  4. Memiliki keyakinan (optimis) terhadap keberhasilan dan pertolongan Allah.
  5. Berilmu luas, sehingga mengetahui titik kelemahan dan potensi kekuatan yang ada dalam tubuh umatnya, dengan demikian ia akan dapat mengatur kesemuanya itu dengan kematangan pikirannya.
  6. Bertubuh kekar dan sehat, yang merupakan pertanda kesehatan pikirannya.
  7. Ia berada dalam pertolongan dan taufiq Allah, sehingga dengan mudah dapat mengadaptasikan dirinya sebagai seorang pemimpin tanpa adanya kesusahan.
Stephen R. Covey, pakar kepemimpinan, menekankan pentingnya prinsip-pinsip dasar yang harus dijadikan sentral dalam mengelola sebuah kepemimpinan (principle-centered). Prinsip-prinsip dasar itu diantaranya adalah : fairness (keadilan), integrity (ketulusan/keteguhan), honesty (kejujuran), dan human dignity (kehormatan manusia). Jika masyarakat Barat, yang sebagian besar aturan hidupnya bersifat sekuleristik, masih memegang prinsip universal tersebut, apalagi kita yang hidup di Indonesia dan dikenal sebagai masyarakat religius. Bagi seorang muslim, sifat-sifat Nabi yang terkenal yaitu Shidiiq (Jujur), Amanah (dapat dipercaya), Tabligh (selalu menyampaikan kebenaran) dan Fathonah (memiliki kecerdasan), seharusnya juga dijadikan pedoman dan prinsip dasar dalam menjalankan misi kepemimpinan profetik.
Orang biasa cenderung untuk meniru para pemimpinnya. Mereka mulai meniru para pemimpinnya bukan hanya dalam hal penggunaan kata-kata dan kelakuan, tetapi mereka juga meniru cara berpikir para pemimpin mereka. Coba kita lihat komunitas milist (mailing list). Jika pemimpin milist ini handal, maka seluruh komunitas milist ini akan meningkat hari demi hari. Sebaliknya, jika komunitas milist ini kurang dalam hal kepemimpian maka komunitas milist ini akan mengalami banyak penurunan.
Menilai diri sendiri :  
            Dalam banyak aspek kepemimpinan yang ada diri ini masih belum mencapai target yang ideal bagi seorang pemimpin. Terutama dalam aspek pengetahuan yang luas, bertubuh sehat, dan aspek kekuatan keimanan yang masih turun naik dan belum stabil. Akan tetapi, diri ini juga selalu berusaha persikap proaktif yang artinya lebih dari sekedar mengambil inisiatif. Bersikap proaktif artinya bertanggung jawab atas perilaku kita sendiri (di masa lalu, di masa sekarang, maupun di masa mendatang), dan membuat pilihan-pilihan berdasarkan prinsip-prinsip serta nilai-nilai ketimbang pada suasana hati atau keadaan. Selalu berusaha untuk mengislah diri dari waktu ke waktu. Yah sebagai manusia itulah yang bisa saya lakukan teruis belajar dari kesalahan-kesalahan yang mungkin setiap waktu bahkan setiap menit dilakukan dan berusaha mengambil ibroh dari semua hal yang terjadi. Mungkin kalau disangkutpautkan dengan implementasi kepemimpinan profetik diri ini masih sangat banyak kekurangannya. Yah hanya terus bisa terus berusaha untuk mengislah (memperbaiki) diri saja. Karena pada dasarnya manusia itu terlihat baik hanya karena Allah masih menutup aib-aib kita saja. Mungkin bisa ku ungkapkan pendapatku mengenai diri ini dalam satu paragraf prosa :
“Aku lebih suka menyukai pagi yang begitu sederhana. Pagi yang tidak mengatakan apa-apa padaku sampai matahari terik datang dan itu terjadi secara alami. Ia benar-benar tidak mengatakan apapun padaku tentang apa yang ia suka. Karena itu, aku terkadang tidak menyadarinya. Kesederhanaanya tidak membuat beban pada dirinya sendiri. Kesejukannya tidak pernah menusuk orang lain. Benar-benar tidak melebaykan apa yang terjadi pada dirinya”.
Rekomendasi untuk meningkatkan kapasitas kepemimpinan itu perlu juga memiliki ketrampilan khusus  yang sifatnya sangat kritis, beberapa rekomendasi yang ada ini aku kutip dari Resensi Buku White, Hodgson dan Crainer (1997) :
·                     Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT dengan cara meningkatkan kualitas amal yaumiyah kita sehari-hari.
•    Difficult Learning : proses belajar yang rumit dan sulit bisa merangsang kreativitas. Untuk mendorong kemampuan mengidentifikasi apa yang belum diketahui dan yang belum di dapat cara pemecahannya.
•    Maximizing Energy:  upaya memaksimalkan energy bukan diartikan ‘begadang’ untuk kerja keras, tetapi dapat mengambil keputusan yang berkualitas. Harus bisa keluar dari mindset ‘statusquo’ yang sifatnya kompromistis.
•    Resonant Simplicity:  berlogika secara sederhana menjadi keunggulan dalam bersaing, yang tidak muluk” tapi susah direalisasi.
•    Multiple Focus: artinya tidak hanya focus pada kegiatan yang sesuai dengan rencana strategis saja, tapi juga yang nonstrategis.
•    Mastering Inner Sense: bahwa berprediksi itu tidak hanya mengandalkan logika dan rasio dari data” saja tapi kadang juga perlu ilmu dari dalam diri ( inner sense) terutama untuk membuat keputusan cepat dalam kondisi yang tidak menentu.